Menghurai
belenggu Sang Pemimpi
Telah
pasti dinihari sepi
Mentari
menjamah rasa
Pada
angin yang mula curiga
Dengan
sengketa embun berlagu.
Aku
menguak terkebil gigil
Rendang
dedaun melambai senyum
Bagai
ibu yang membelai harum
Aku
ingin didukung
Dengan
mulutku terlopong
Kerana
aku hanya melihat
Dari
ruang fikiran yang kaku
Badan
hanya terbujur
Yang
berperang dengan waktu
Ibu,
kau kau kah itu?
Desir
bayu membisik daku:
“Di
sinilah tempat kau
Bermain
dengan alam.
Di
sini ibumu menyatukan
Kau
dengan alam.
Lalu
kau harus tempuh sendiri
Beralaskan
tikar takdir
Yang
menentu rumah nasibmu.
Ibumu
hanya pendusta
Membiarkan
kau keseorangan
Menempuh
duga sekitar
Antara
gelandangan yang terbiar.”
Tak
mungkin!
Ibuku
bukan pendusta
Dia
hanya terdesak oleh nafsu
Membiarkan
takdir menentu hala tuju!
Bayu
tersenyum sendu
Pohon
melambai pilu
Aku
memandang tanpa pengertian
Tentang
pancaroba dunia
Tentang
hakikat kehidupan
Yang
terlanjur oleh godaan
Terjerumus
dalam kancah penghinaan.
Ibu,
Aku
tetap setia menanti
Kasih
sayang sejati
Walau
dalam mimpi
Kau
datang mengucup dahiku.
2012
Tiada ulasan:
Catat Ulasan